Saban tahun Ibadah Haji selalu dilaksanakan umat muslim sejagat. Mereka datang dari berbagai penjuru, tak terkecuali Jemaah Haji asal Israel bagian utara.
Situs the Somali Land Times melaporkan (2007), pemerintah Arab Saudi pernah memulangkan 4.500 Jemaah Haji Israel sebab Negeri Zionis itu tidak punya hubungan diplomatik dengan Negeri Petro Dollar itu. Perjalanan ibadah ini jelas berat bagi para penziarah. Mereka harus mengatasi perasaan berkecamuk lantaran masuk ke wilayah musuh.
Jemaah Haji Israel memulai perjalanan mereka lewat Yordania. Mereka mengirimkan nama dan menyerahkan gambar diri untuk membuat paspor di Kementrian Agama Yordania dibantu organisasi Waqf, biasa mengatur ibadah peziarah di Kota Yerusalem, Palestina.
Penduduk muslim Israel ini berganti paspor dan menjadi warga negara Yordania. Dokumen ini biasanya berlaku satu hingga dua bulan. Mereka leluasa menuju Kota Suci Makkah.
Menurut peserta ibadah Haji asal Israel, meski telah sedemikian rupa mereka menutupi identitas, petugas pengawas ritual Haji dengan mudah mengetahui jika mereka berasal dari Negeri Bintang Daud itu. Namun aparat memilih diam dan membiarkan Jemaah Haji Israel melaksanakan perintah ke lima rukun Islam tersebut. Tapi jangan sampai jajaran penguasa Saudi tahu, mereka bisa diekstradisi dan dicoreng untuk masuk kembali ke wilayah ini.
Selama berhaji, mereka juga kerap diawasi berlebihan dan dicurigai sebagai mata-mata. Paspor Yordania mereka ditahan. "Kami dilarang keluyuran tanpa alasan. Selesai ibadah, kami harus kembali ke tempat penginapan dan tidak boleh jalan-jalan," kata salah seorang jemaah bernama Ahmad Juma.
Hingga kini perilaku diskriminatif untuk Jemaah haji Israel masih ada dan mereka masih memalsukan identitas menjadi warga negara Yordania agar bisa menunaikan ibadah Haji. Para muslim ini mengaku tidak pernah mau bergantung pada kebijakan politik dua negara, Arab Saudi dan Israel. "Biarlah para pejabat membangun permusuhan dan kami baik-baik saja," ujar Juma.