Ketika seseorang merasa ketakutan, kaget, ataupun kedinginan, biasanya bulu roma (bulu-bulu halus yang ada di permukaan kulit) akan berdiri. Namun, perasaan seseorang juga bisa dilihat dari berdirinya bulu roma ini.
Seperti yang dilansir oleh Telegraph (4/1), sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang tidak bisa mengendalikan reaksinya terhadap suatu keadaan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya berbagai indikasi dari anggota tubuh ketika menghadapi situasi yang bersifat emosional.
Hal inilah yang kemudian coba diterapkan oleh para peneliti untuk memanfaatkannya sebagai alat penguji kebenaran emosi seseorang. Dalam jurnal berjudul Motivation and Emotion, disebutkan bahwa bulu roma akan berdiri ketika seseorang mengalami sebuah peristiwa yang emosional. Bahkan, ketika orang tersebut mencoba untuk menutupi perasaannya tersebut, bulu roma akan tetap berdiri.
"Awalnya kami berpikir bahwa berdirinya bulu roma dikarenakan adanya ketakutan atau perasaan kedinginan dari seseorang. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, berdirinya bulu roma bisa juga disebabkan karena tercampurnya perasaan takut, terkejut, dan kepasrahan," ujar Profesor Richard Smith, peneliti dari University of Kentucky, Amerika Serikat.
Penelitian ini sendiri awalnya dilakukan terhadap beberapa sukarelawan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Para sukarelawan ini diminta untuk membuat jurnal selama sebulan berisi tentang kejadian apa saja yang membuat bulu roma mereka berdiri.
Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa kedinginan merupakan penyebab utama berdirinya bulu roma ini. Selain itu, adanya perasaan kagum terhadap suatu kejadian juga bisa menyebabkan berdirinya bulu roma.
"Perasaan kagum akan sesuatu memang bisa menyebabkan bulu roma berdiri. Hal ini disebabkan karena kita setiap hari mengalami kejadian yang biasa-biasa saja. Dengan terjadinya hal luar biasa dalam kehidupan kita, maka akan muncul rasa kagum yang akhirnya menyebabkan berdirinya bulu roma," tambah Profesor Richard Smith.
"Oleh karena itu, memungkinkan rasanya untuk menjadikan fenomena berdirinya bulu roma ini sebagai indikator emosi seseorang," imbuh Smith kepada Telegraph.